Suara Hati Anak Negeri karena Jalan yang Rusak Parah (Yang Terbelakang: Tri Lande) Sajak Pena Anak Desa


 

Yang Terbelakang
Oleh: Tri Lande

Tanah kelahiranku tercinta,
Kau adalah bukti nyata yang begitu kasat mata
Kau adalah wujud peliknya sebuah cita-cita
dan kau adalah bentuk mahalnya sebuah harga.

Ketika rantai kepalsuan bertebaran di mana-mana
dan pemerintahan jadi wahana tangan-tangan dingin bermuka dua.
Aku bisa apa?

Aku hanya penduduk negeri biasa yang begitu setia dan cinta pada negerinya.
Tanganku tak cukup kuat untuk meninggikan kejayaan
Pundakku pun tak berhak mengatur sebuah keadaan.
Aku hanya punya aksara untuk dituliskan
Aku hanya punya permintaan untuk disuarakan.
Adakah kau mendengarkannya wahai engkau yang disebut-sebut sebagai pimpinan?

Hiruk pikuk pemilu menjadi saksi
Betapa manis janji yang tak kau tepati
Kobaran api semangat di sana-sini
Namun perlahan redup dengan sendiri.

Kesejahteraan yang kau janjikan
Pemerataan yang kau orasikan
Nyatanya tak mengubah apa yang harusnya berubah.
Jalan tua di ujung negeri sana
Lebih imbang dengan sawah bajakan hewan
Pemerataan mana pemerataan?
Pemerataan apa yang Tuan katakan?

Dengarkanlah suara hati putra-putri anak negeri yang hilir mudiknya melewati jalanan penuh lumpur ini.
Lihatlah betapa peluhnya para pencari nafkah yang melalui jalanan penuh lubang ini.
Rasakan pula betapa ibanya mereka yang kesakitan saat mencari kesembuhan.
Dengarkanlah,  lihatlah,  dan rasakanlah wahai engkau yang disebut-sebut sebagai pimpinan.

Engkau tentunya tak tuli, buta,  apalagi mati rasa.
Untuk itu,  dengar!  Lihat!  dan Rasakan!
Apa yang kami suarakan.

Kubu, Rokan Hilir, 13 Januari 2018



Komentar