Kumpulan Puisi Tri Lande
Bangkit Sayang
Oleh: Tri Lande
Rantai ketidakadilan bertebaran di
mana-mana
Pendidikan jadi wahana
tangan-tangan dingin bermuka dua
Dua
puluh persen anggaran katanya
BOS
nama kerennya
Tapi
tak merubah apa yang harusnya berubah
Sekolah tua di ujung negeri sana
Lebih imbang dengan kandang
binatang
Pemerataan mana pemerataan?
Pemerataan apa yang Tuan katakan?
Anak
Indonesia memperjuangkan amanat undang-undang
Mencerdaskan
kehidupan bangsa adalah angan dan tujuan
Kecerdasan mana
kecerdasan?
Kecerdasan apa
yang Tuan maksudkan?
Tapi tak apa sayang
Kita masih sanggup bangkit untuk
berjuang
Memperjuangkan Indonesia yang lebih
gemilang
Kubu, Rokan Hilir, 22 Juni 2017
Menyerukan Sebuah Keinginan
Oleh: Tri Lande
Terbelenggu aku menunggu waktu
Membiasakan diri menjadi sendiri
Mengubur harapan jiwa
yang terbalut lara
Sebab mimpi terlalu fana untuk nyata
Untukmu yang ku sayang
Kerut wajahmu membayang
Menabur subur bersama gubahan usia
Langkahmu menua
dan tak lagi sama
Untukmu yang ku cinta
Biarlah hati yang kini bicara
Sedalam mana aku berjuang
Menjawab mimpimu yang nyaris hilang
Berkati aku Tuhan
Menyerukan sebuah keinginan
Membahagiakan yang tersayang
Sebelum semua terbang dan melayang
Kubu, Rokan Hilir, 22 Juni 2017
Kau yang Ku Perjuangkan
Oleh: Tri Lande
Dalam malam kelam
Aku bisu menunggumu
Siang datang menggarang
Tapi tak mampu merantai kaki
liarku,
dan mengunci mati semangat di
dadaku
Orang-orang
bilang
Untuk
apa sarjana?
Tapi
ayah bilang
Kamu
harus sarjana sayang!
Aku tertatih dalam keramaian
Menyibak padat lalu lintas yang
meluas
Pagar kendaraan yang tak beraturan
Tak mampu memenjarakan tubuhku
dalam kebisuan
Aku
masih berjuang sayang
Mengubur
dalam-dalam kemalasan
Meniti
jembatan pengorbanan
Untuk
menyeberangi laut mati penuh tantangan
Hanya
demi kau sang masa depan
Aku
ingin menjadi sesuatu
Meski kini aku merintih perih
Meski kini aku tertatih ringkih
Tapi tak apa sayang
Demi kamu masa depanku
Kubu, Rokan Hilir,
21 April 2017
Sajak
Kerinduan untukmu yang Tersayang
Oleh: Tri Lande
Dalam bait-bait persajakan
Ku tata aksara yang bertebaran
Ratusan bahkan ribuan kumpulan
Takkan cukup hanya untuk melukiskan
Kekagumanku padamu yang teramat
dalam
Kekagumanku
bukan tersebab ketampanan
Kecintaanku
bukan pula musabab kerinduan
Hanya
saja, lama tak bersua membuatku rindu,
Rindu
akan kehangatan yang kini terbalut kenangan
Ayah, rumahmu masih merah
Hunian baru yang jauh dari mewah
Ku harap kau nyaman
Meski ku tahu kau kesepian
Ayah,
aku mendoakanmu
Meski
aku benci kau pergi
Tapi
kini selalu ku selipkan,
doa
terbaikku untukmu yang ku panggil AYAH.
Komentar
Posting Komentar